My Little Angel
Tuesday, September 30, 2008
Awal Liburan
Friday, September 26, 2008
Bulan Puasa
Mungkin ini salah satu bentuk solidaritas yang harus kita tunjukkan kesemua orang, walau ada sedikit perbedaan. Menurut Hie sendiri, berbeda itu indah. Coba bayangkan kalau semua orang itu sama dan gak ada bedanya. Gak kebayang deh! (hihihi...)
Hari Rabu yang lalu, Hie dan Vie ke Dokter untuk kontrol rutin (alias setoran rutin). Berat badan Vie ada turun sedikit, sekitar 1,5 kg. Setelah melalui penerawangan (USG) si Dokter mengatakan kalau kondisi "junior" sehat-sehat aja dan gak ada terpengaruh dari bobot Vie yang turun sedikit itu. Lantas kata Dokter berat "junior" udah mencapai 2,3 kg. Hie dan Vie seneng banget mendengarnya. Itu artinya jerih payah Vie untuk "rakus" tidak sia-sia (hehehe... semoga Vie gak marah kalo baca ini. hihihi...)
Tapi menurut wawancara yang Hie lakukan terhadap 1.000 orang ibu hamil, emang semua pada kuat makan saat lagi hamil. Lah ya iya lah... la wong yang makan itu 2 orang! hihihi...
Sebentar lagi bulan puasa akan berakhir. Itu artinya Hie dan Vie tinggal menunggu waktu untuk menyambut kedatangan anggota baru di rumah ini. Rasanya udah gak sabar. Karena tiap malam Hie melihat "junior" selalu giat menendang perutnya Vie. Hie jadi gak sabar ngajak "junior" untuk lari-lari (GLEK! calon Papa yang bloon)
Emang sih, Hie kadang suka lupa kalo yang namanya bayi itu musti melewati masa metamorfosis dulu, seperti : belajar balik dulu, lalu merangkak, lantas belajar jalan. (hihihi...) Maklum aja, soalnya udah lama gak jadi bayi dan emang baru pertama kali punya bayi. (hehehe...)
Bagi sebagian orang bulan puasa itu identik dengan bulan penuh rahmat. Kalo menurut Hie dan Vie itu bener sekale... Soalnya, dalam satu bulan ini Hie dan Vie menerima begitu banyak "hadiah" dari kakaknya Vie yang di Jakarta dan Paris. Mereka kirimin majalah, baju bayi, dan perlengkapan bayi.
"Thx banget ya buat ci Aling dan ci Devi..."
Hie dan Vie mau ngucapin : "Met Lebaran... Mohon Maaf Lahir dan Bathin..." buat semua teman-teman yang merayakannya.
Wednesday, September 24, 2008
Dengerin sajak yuk...
Ini salah satu muridnya Hie. Namanya Stefan, umurnya sekitar 3 tahun lebih gitu. Awal les masih PG, tapi sekarang uda TK A. Kadang kalo dia sakit, Hie suka kesepian. Abis gak ada yang bisa diledekin atau dicandain (hehehe...) Guru les yang aneh!
Untuk ngajarin satu sajak itu gak gampang loh! Karena yang namanya anak-anak suka cadel dan salah ngucap. Contohnya neh... Stefan gak bisa ucapin kata "segala", setiap ketemu kata itu pasti murid yang lain ketawa. Gimana gak ketawa kalo dari mulutnya yang mungil itu keluar kata "SE-LA-GA.." (huahahaha... meledak ketawa murid2 yang lain)
Tapi akhirnya Hie berhasil loh ngajarin Stefan ngucapin kata segala. Ini adalah untuk pertama kalinya Stefan bisa ingat kata "SE-GA-LA", setelah melalui perjuangan yang super zuper sabar dan melelahkan. (hehehe... macem betul aja...)
Met ketawa ya...
Monday, September 22, 2008
Fenomena Alam (halo)
Thursday, September 18, 2008
Cerita (Legenda Danau Lau Kawar)
Met baca ya...
Legenda Danau Lau Kawar
Legenda Lau Kawar merupakan sebuah legenda yang berkembang di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki wilayah seluas 2.127,25 km2 ini terletak di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan, Sumatera Utara. Oleh karena daerahnya terletak di dataran tinggi, sehingga kabupetan ini dijuluki Tanah Karo Simalem. Kabupaten ini memiliki iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17C dan tanah yang subur.
Maka tidak heran, jika daerah ini sangat kaya dengan keindahan alamnya. Salah satunya adalah keindahan Danau Lau Kawar, yang terletak di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Air yang bening dan tenang, serta bunga-bunga anggrek yang indah, yang mengelilingi danau ini menjadi pesona alam yang mengagumkan.
Menurut masyarakat setempat, sebelum terbentuk menjadi sebuah danau yang indah, Danau Lau Kawar adalah sebuah desa yang bernama ‘Kawar’. Dahulu, daerah tersebut merupakan kawasan pertanian yang sangat subur. Mata pencaharian utama penduduknya adalah bercocok tanam. Hasil pertanian mereka selalu melimpah ruah, meskipun tidak pernah memakai pupuk dan obat-obatan seperti sekarang ini. Suatu waktu, terjadi malapetaka besar, sehingga desa Kawar yang pada awalnya merupakan sebuah desa yang subur menjelma menjadi sebuah danau. Apa sebenarnya yang terjadi dengan desa Kawar itu? Ingin tahu jawabannya? Baca terus cerita ini...
Pada zaman dahulu kala tersebutlah dalam sebuah kisah, ada sebuah desa yang sangat subur di daerah Kabupaten Karo. Desa Kawar namanya. Penduduk desa ini umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Hasil panen mereka selalu melimpah ruah. Suatu waktu, hasil panen mereka meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Lumbung-lumbung mereka penuh dengan padi. Bahkan banyak dari mereka yang lumbungnya tidak muat dengan hasil panen. Untuk mensyukuri nikmat Tuhan tersebut, mereka pun bergotong-royong untuk mengadakan selamatan dengan menyelenggarakan upacara adat.
Pada hari pelaksanaan upacara adat tersebut, Desa Kawar tampak ramai dan semarak. Para penduduk mengenakan pakaian yang berwarna-warni serta perhiasan yang indah. Kaum perempuan pada sibuk memasak berbagai macam masakan untuk dimakan bersama dalam upacara tersebut. Pelaksanaan upacara juga dimeriahkan dengan pagelaran ‘Gendang Guro-Guro Aron’, musik khas masyarakat Karo. Pada pesta yang hanya dilaksanakan setahun sekali itu, seluruh penduduk hadir dalam pesta tersebut, kecuali seorang nenek tua renta yang sedang menderita sakit lumpuh. Tidak ketinggalan pula anak, menantu maupun cucunya turut hadir dalam acara itu.
Tinggallah nenek tua itu seorang sendiri terbaring di atas pembaringannya. “Ya, Tuhan! Aku ingin sekali menghadiri pesta itu. Tapi, apa dayaku ini. Jangankan berjalan, berdiri pun aku sudah tak sanggup,” ratap si nenek tua dalam hati.
Dalam keadaan demikian, ia hanya bisa membayangkan betapa meriahnya suasana pesta itu. Jika terdengar sayup-sayup suara Gendang Guro-guro Aron didendangkan, teringatlah ketika ia masih remaja. Pada pesta Gendang Guro-Guro Aron itu, remaja laki-laki dan perempuan menari berpasang-pasangan. Alangkah bahagianya saat-saat seperti itu. Namun, semua itu hanya tinggal kenangan di masa muda si nenek. Kini, tinggal siksaan dan penderitaan yang dialami di usia senjanya. Ia menderita seorang diri dalam kesepian. Tak seorang pun yang ingin mengajaknya bicara. Hanya deraian air mata yang menemaninya untuk menghilangkan bebannya. Ia seakan-akan merasa seperti sampah yang tak berguna, semua orang tidak ada yang peduli padanya, termasuk anak, menantu serta cucu-cucunya.
Ketika tiba saatnya makan siang, semua penduduk yang hadir dalam pesta tersebut berkumpul untuk menyantap makanan yang telah disiapkan. Di sana tersedia daging panggang lembu, kambing, babi, dan ayam yang masih hangat. Suasana yang sejuk membuat mereka bertambah lahap dalam menikmati berbagai hidangan tersebut. Di tengah-tengah lahapnya mereka makan sekali-kali terdengar tawa, karena di antara mereka ada saja yang membuat lelucon. Rasa gembira yang berlebihan membuat mereka lupa diri, termasuk anak dan menantu si nenek itu. Mereka benar-benar lupa ibu mereka yang sedang terbaring lemas sendirian di rumah.
Sementara itu, si nenek sudah merasa sangat lapar, karena sejak pagi belum ada sedikit pun makanan yang mengisi perutnya. Kini, ia sangat mengharapkan anak atau menantunya ingat dan segera mengantarkan makanan. Namun, setelah ditunggu-tunggu, tak seorang pun yang datang.
“Aduuuh…! Perutku rasanya melilit-lilit. Tapi, kenapa sampai saat ini anak-anakku tidak mengantarkan makanan untukku?” keluh si nenek yang badannya sudah gemetar menahan lapar. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, ia mencoba mencari makanan di dapur, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa. Rupanya, sang anak sengaja tidak memasak pada hari itu, karena di tempat upacara tersedia banyak makanan.
Akhirnya, si nenek tua terpaksa beringsut-ingsut kembali ke pembaringannya. Ia sangat kecewa, tak terasa air matanya keluar dari kedua kelopak matanya. Ibu tua itu menangisi nasibnya yang malang.
“Ya, Tuhan! Anak-cucuku benar-benar tega membiarkan aku menderita begini. Di sana mereka makan enak-enak sampai kenyang, sedang aku dibiarkan kelaparan. Sungguh kejam mereka!” kata nenek tua itu dalam hati dengan perasaan kecewa. Beberapa saat kemudian, pesta makan-makan dalam upacara itu telah usai. Rupanya sang anak baru teringat pada ibunya di rumah. Ia kemudian segera menghampiri istrinya.
“Istriku! Apakah kamu sudah mengantar makanan untuk ibu?” tanya sang suami kepada istrinya.
“Belum...” jawab istrinya.
“Kalau begitu, tolong bungkuskan makanan, lalu suruh anak kita menghantarkannya pulang!” perintah sang suami.
“Baiklah, suamiku!" jawab sang istri.
Wanita itu pun segera membungkus makanan lalu menyuruh anaknya, “Anakku! Antarkan makanan ini kepada nenek di rumah!” perintah sang ibu.
“Baik, Bu!” jawab anaknya yang langsung berlari sambil membawa makanan itu pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, anak itu segera menyerahkan makanan itu kepada neneknya, lalu berlari kembali ke tempat upacara. Alangkah senangnya hati sang nenek. Pada saat-saat lapar seperti itu, tiba-tiba ada yang membawakan makanan. Dengan perasaan gembira, sang nenek pun segera membuka bungkusan itu. Namun betapa kecewanya ia, ternyata isi bungkusan itu hanyalah sisa-sisa makanan! Beberapa potong tulang sapi dan kambing yang hampir habis dagingnya.
“Ya, Tuhan! Apakah mereka sudah menganggapku seperti binatang. Kenapa mereka memberiku sisa-sisa makanan dan tulang-tulang,” gumam si nenek tua dengan perasaan kesal.
Sebetulnya bungkusan itu berisi daging panggang yang masih utuh. Namun, di tengah perjalanan si cucu telah memakan sebagian isi bungkusan itu, sehingga yang tersisa hanyalah tulang-tulang. Si nenek tua yang tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya, mengira anak dan menantunya telah tega melakukan hal itu. Maka, dengan perlakuan itu, ia merasa sangat sedih dan terhina. Air matanya pun tak terbendung lagi. Ia kemudian berdoa kepada Tuhan agar mengutuk anak dan menantunya itu.
“Ya, Tuhan!” Mereka telah berbuat durhaka kepadaku. Berilah mereka pelajaran!” perempuan tua itu memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
Baru saja kalimat itu lepas dari mulut si nenek tua, tiba-tiba terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat. Langit pun menjadi mendung, guntur menggelegar bagai memecah langit, dan tak lama kemudian hujan turun dengan lebatnya.Seluruh penduduk yang semula bersuka-ria, tiba-tiba menjadi panik. Suara jerit tangis meminta tolong pun terdengar dari mana-mana. Namun, mereka sudah tidak bisa menghindar dari keganasan alam yang sungguh mengerikan itu.
Dalam sekejap, desa Kawar yang subur dan makmur tiba-tiba tenggelam. Tak seorang pun penduduknya yang selamat dalam peristiwa itu. Beberapa hari kemudian, desa itu berubah menjadi sebuah kawah besar yang digenangi air. Oleh masyarakat setempat, kawah itu diberi nama ‘Lau Kawar’.
Demikianlah cerita tentang Asal Mula Lau Kawar dari daerah Tanah Karo, Sumatera Utara. Cerita di atas termasuk cerita rakyat teladan yang mengandung pesan-pesan moral. Sedikitnya ada tiga pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas, yaitu pandai mensyukuri nikmat, menjauhi sifat durhaka kepada orang tua, dan menyia-nyiakan amanat.
THE END
Bagi teman's yang belum pernah berkunjung ke Danau ini, mungkin boleh mencobanya. Kami jamin 100% kalian akan menemukan sebuah pengalaman dan pemandangan yang luarr biasa...
Tuesday, September 16, 2008
Cap Go Me
Thursday, September 11, 2008
Capek ... & Impian ...
Hmmm... beberapa hari ini kita pada sibuk. Hie yang sibuk murid"nya pada ujian, belum lagi mau ketik soal" untuk diisi oleh muridnya. Trus masih harus kerumah depan (rumah mertua) untuk beres" barang" Vie hehe... Berhubung Emaknya Vie dah mau pindah dan tempo yang diberikan hanya sampe sabtu ini tepatnya tgl 13 September 2008.
Jadi sebelum hari itu datang, kita harus sudah sapu bersih barang" yang ada dilantai 2 & 3. Hmm... Maklumlah rumah yang besarnya sebesar istana itu banyak barang" yang perlu di pack sampe harus melewati batas waktu tidur kita hehe...
Sudah hampir 3 malam kita tidurnya telat terus belum lagi Hie minta di nina bobokkan hehe...
Makanya badan pun ngak fit apalagi Hie yang sedikit kena debu aja udah pada bersin. Dan pemirsa tau ngak sekali Hie bersin kek kereta api tut... tut... continue dan continue.... ^_^
Kadang ampe Vie kasihan lihat Hie, dalam hati pingin banget bisa gantiin Hie bersin tapi mengingat perut Vie yang dah besar kek bola basket maka niat Vie untuk gantiin batal deh takutnya ntar dedek yang dalam perut Vie mabok darat, laut dan udara pula hehe...
Impian ...
Ngomong" tentang impian, Hie pernah bilang ama Vie ntar kalo kita punya uang mau diapain ya?Mau KPR rumah, renovasi rumah atau mau beli mobil ya??? Kata Hie, semua pingin. Kalo KPR rumah, biar ntar bisa buka les private lagi. Kalo renovasi rumah, hmm... berhubung rumah kita tuh tangganya belum ada pegangan trus Hie pingin buat kantor kecil tepatnya diatas toilet ehh... tapi bukan maksudnya untuk ngintip lho hehe... Maksudnya diatas toilet di cor trus dibuat sekatan gitu biar bisa dapat satu kamar kecil ala jepang. Trus Hie juga pingin menambah kelas di lt. 1 & 2. Kalo beli mobil, kan bentar lagi Hie Junior dah mau keluar dan kita juga belum punya mobil. Jadinya kalo mau keluar atau pas hujan kan rada" susah sih. ( Sebetulnya menurut Vie ya, dengan begitu lebih bagus lagi kalo hujan naik motor bisa peluknya lebih erat karena kedinginan hehe... )
Hmm... begitulah impian Hie, yang akhirnya dijawab oleh Vie. Ntar kalo dah punya uang baru bilang pun ngak telat huahaha.... ;-p By the way, ngak pa pa lah memang jika punya impian kalo ingin tercapai harus dipikirin terus biar BENAR-BENAR TERCAPAI .... ^_^
Wednesday, September 10, 2008
Lowbat
Setiap pagi setelah selesai beresin tempat tidur bareng Hie dan mati'in alarm Hape yang udah teriak-teriak berulang kali, Vie langsung menuju ke dapur untuk masak sarapan pagi. Sementara Hie lagi mandi sambil nyanyi lagu "Balonku Ada Lima" kedengaran suara blender yang lagi dipergunakan Vie untuk membuat jus. Juga kedengaran suara kuali yang bergesekan dengan sutil. Acara masak-memasak udah dimulai.
Saat Hie lagi di lantai 4 untuk sembahyang, kadang (sering) gak konsen karena nyium masakan yang harum dari lantai 3. ^_^ hihihi... maklum aja, udah keroncongan.
Tapi, semalam Vie agak telat bangun dan masak. Ibaratnya Hape, semalam itu Vie uda "lowbat" jadi butuh istirahat. Selesai sarapan, bukannya langsung istirahat! Vie malah beres-beres kamar dulu baru istirahat. Dengan terpaksa Hie harus jadi Pak Satpam yang pasang muka sangar kayak anjing "Pluto" agar Vie mau istirahat.
Siangnya...
Mendadak Hie juga flu dan batuk. Mungkin karena pengaruh "virus" dari murid-murid. Maklum aja, sejak Senin semua murid SUTOMO lagi Ujian Harian jadi murid di kelas Hie lumayan rame. Udah itu ada beberapa murid yang lagi "melereran" alias flu. Udah deh... virusnya dibagi-bagi. Hie sambil ngajar juga udah gak konsen lagi. Badan rasanya pegel-pegel dan pilek terus. Sebentar-sebentar keluar dari kelas untuk buang "cendol". Karena udah gak tahan, naek ke atas minta tolong ke Vie buatkan teh manis hangat + jeruk nipis. Tapi sebelumnya Hie juga udah nelan Panadol ijo.
Teh udah abis di telen, obat juga udah di perut, tapi masih flu juga. Mala sekarang sambil ngapal'in murid sambil menahan kantuk yang berat. GAWAT! huruf di catatan murid kok berbayang-bayang ya? Rasanya mau tidur aja... Tapi semua mata murid melotot liat'in Hie. Terpaksa sebentar-sebentar Hie keluar dari kelas untuk cuci muka.
Fuiiihhhh... hari yang melelahkan.
Semoga besok pagi Hie dan Vie udah gak lowbat lagi ya... ^_^
Monday, September 8, 2008
Kado Vie
Helm pemberian Vie ini warnanya putih, busa di dalamnya berwarna merah dan hitam. Yang keren adalah kaca depannya ada tambahan kaca hitam yang bisa naik dan turun. Jadi kalau siang saat jadi ojek antar nasi buat Vie, bisa dipakai untuk menghalangi sinar UV, gitu deh kata Vie. (^_^ hihiii... hebat!)
6 September 2008
Ini adalah untuk pertama kalinya kami berdua bersama dengan beberapa Muda-i Vihara diberi kepercayaan oleh Pandita Chiu untuk bertanggung jawab dalam hal acara. Mereka itu adalah Cece, Yenni, An Sun, Ko Yong Lien, plus semua senior. Kami sangat bersyukur karena semua Muda-i bisa bekerja sama dengan baik dari awal sebelum acara dilaksanakan hingga hari-H.