My Little Angel

My Little Angel

Tuesday, September 30, 2008

Awal Liburan

Sejak tgl 29 September (semalam), STUDY A+ udah libur. Semalaman Hie dan Vie seharian cuma bermalas-malasan di rumah. Rencananya sih mau hibernasi, tapi batal berhubung gak ada turun salju di Medan. (hihihi...) Semalam Hie ada bantuin Vie yang mulai mencuci baju-baju "junior" pake bibi mesin (mesin cuci). Hie bantuin jemur dan simpan jemuran. Jadi teringat masa-masa 'ngekos dulu ;p
Hari ini Hie dan Vie bangun jam 9 pagi. (hehehe... rekor!) Abis mandi dan sarapan, Hie dan Vie kembali disibukkan memilah-milah baju "junior" yang akan dicuci. Kalo semalam itu kebanyakan adalah kain-kain, maka hari ini kebanyakan baju dan celana. Sambil dipilah-pilah yang berwarna dan yang putih, Hie sebentar-sebentar senyum-senyum sendiri. Bukan karena lagi kumat oon nya, melainkan karena lucu dan geli ngeliat baju dan celana "junior" yang kecik-kecik (kecil maksudnya) dan imut-imut itu ^_^
Oh ya, besok Hie ada dapet tugas untuk 'ngawasin Muda-i Vihara yang buat acara camping di Danau Lau Kawar, Brastagi. Kali ini Hie gak mau jadi Panitia lagi. Karena Hie mau ada regenerasi yang sehat dari Muda-i. Lagian menurut Hie semua ini ada bagusnya. Jadi langsung ketahuan mana-mana aja orang yang mau kerja dan yang tidak. Buat Mau Sen yang uda Hie anggap sebagai adik kandung sendiri, semoga pilihan sebagai Ketua Panitia bisa membuatmu cepat dewasa dan tambah bijaksana. Yang terpenting adalah: tidak membuatmu lupa diri, bangga, ataupun besar kepala!
Sebenarnya Hie berat juga untuk berangkat, karena harus ninggalin Vie di rumah (bareng Emaknya Hie). Soalnya Vie biasa selalu ikut Hie kemanapun Hie pergi. Tapi sekarang Vie kan lagi hamil, jadi gak mungkin dong ikut camping lagi. Mana sekali ini perjalanan yang ditempuh cukup jauh dan melelahkan. Tadi pagi Vie sempat minta ke Hie untuk jalan-jalan ke Gramedia. Rencananya Vie mau beli buku, biar besok gak suntuk di rumah. Mungkin habis isi blog ini Hie akan naek ke atas lalu mandi dan pergi dengan Vie. Semoga aja ketemu buku yang bagus yang Vie suka... ^_^

Friday, September 26, 2008

Bulan Puasa

Gak terasa udah hampir sebulan ini bagi umat Islam menjalankan ibadah puasanya. Sebagian murid Hie yang beragama Islam juga melaksanakannya. Kebetulan murid Hie ada yang berasal dari Al Ulum, dan mereka pindah jam belajar ke pagi. Nah, kalo pagi Hie jadi ikut puasa juga loh... (serius!) Kalo biasanya sambil ngajar selalu ada bawa botol minum, maka selama bulan puasa ini bila mengajar pagi Hie gak bawa botol minuman. Jadi sejak jam 9 pagi sampe jam 12 kurang itu Hie gak makan dan minum. (hehehe... puasa yang aneh!)

Mungkin ini salah satu bentuk solidaritas yang harus kita tunjukkan kesemua orang, walau ada sedikit perbedaan. Menurut Hie sendiri, berbeda itu indah. Coba bayangkan kalau semua orang itu sama dan gak ada bedanya. Gak kebayang deh! (hihihi...)

Hari Rabu yang lalu, Hie dan Vie ke Dokter untuk kontrol rutin (alias setoran rutin). Berat badan Vie ada turun sedikit, sekitar 1,5 kg. Setelah melalui penerawangan (USG) si Dokter mengatakan kalau kondisi "junior" sehat-sehat aja dan gak ada terpengaruh dari bobot Vie yang turun sedikit itu. Lantas kata Dokter berat "junior" udah mencapai 2,3 kg. Hie dan Vie seneng banget mendengarnya. Itu artinya jerih payah Vie untuk "rakus" tidak sia-sia (hehehe... semoga Vie gak marah kalo baca ini. hihihi...)

Tapi menurut wawancara yang Hie lakukan terhadap 1.000 orang ibu hamil, emang semua pada kuat makan saat lagi hamil. Lah ya iya lah... la wong yang makan itu 2 orang! hihihi...

Sebentar lagi bulan puasa akan berakhir. Itu artinya Hie dan Vie tinggal menunggu waktu untuk menyambut kedatangan anggota baru di rumah ini. Rasanya udah gak sabar. Karena tiap malam Hie melihat "junior" selalu giat menendang perutnya Vie. Hie jadi gak sabar ngajak "junior" untuk lari-lari (GLEK! calon Papa yang bloon)

Emang sih, Hie kadang suka lupa kalo yang namanya bayi itu musti melewati masa metamorfosis dulu, seperti : belajar balik dulu, lalu merangkak, lantas belajar jalan. (hihihi...) Maklum aja, soalnya udah lama gak jadi bayi dan emang baru pertama kali punya bayi. (hehehe...)

Bagi sebagian orang bulan puasa itu identik dengan bulan penuh rahmat. Kalo menurut Hie dan Vie itu bener sekale... Soalnya, dalam satu bulan ini Hie dan Vie menerima begitu banyak "hadiah" dari kakaknya Vie yang di Jakarta dan Paris. Mereka kirimin majalah, baju bayi, dan perlengkapan bayi.

"Thx banget ya buat ci Aling dan ci Devi..."

Hie dan Vie mau ngucapin : "Met Lebaran... Mohon Maaf Lahir dan Bathin..." buat semua teman-teman yang merayakannya.

Wednesday, September 24, 2008

Dengerin sajak yuk...

Ini salah satu muridnya Hie. Namanya Stefan, umurnya sekitar 3 tahun lebih gitu. Awal les masih PG, tapi sekarang uda TK A. Kadang kalo dia sakit, Hie suka kesepian. Abis gak ada yang bisa diledekin atau dicandain (hehehe...) Guru les yang aneh!

Untuk ngajarin satu sajak itu gak gampang loh! Karena yang namanya anak-anak suka cadel dan salah ngucap. Contohnya neh... Stefan gak bisa ucapin kata "segala", setiap ketemu kata itu pasti murid yang lain ketawa. Gimana gak ketawa kalo dari mulutnya yang mungil itu keluar kata "SE-LA-GA.." (huahahaha... meledak ketawa murid2 yang lain)

Tapi akhirnya Hie berhasil loh ngajarin Stefan ngucapin kata segala. Ini adalah untuk pertama kalinya Stefan bisa ingat kata "SE-GA-LA", setelah melalui perjuangan yang super zuper sabar dan melelahkan. (hehehe... macem betul aja...)

Met ketawa ya...

Monday, September 22, 2008

Fenomena Alam (halo)

Siang ini seperti biasa Hie antar nasi buat Vie makan siang. Waktu berangkat udah mo jam 12.00 siang. Matahari rasanya terik banget. Tapi demi tugas suci (huahaha) Hie tetap berangkat. Saat di jalan, Hie melihat semua kaca mobil kok ada tampak pelanginya. Mungkin karena hari sangat panas makanya ada pelangi, gitu pikir Hie. Nyampek di kantor Vie, setelah selesai serah terima rantang Hie langsung kabur. Soalnya jam segitu biasanya rawan macet, karena berbarengan dengan waktu makan dan jam keluar anak sekolah.


Di jalan menuju ke rumah, Hie juga masih tampak kilasan pelangi dari kaca mobil yang melintas di depan Hie. Begitu nyampek di depan rumah, ada tetangga yang lagi pegang Hape dan melihat ke atas. Mereka lalu menyuruh Hie juga liat ke atas, melihat matahari. Emang dari awal Hie uda niat begitu, pikirnya begitu buka helm langsung mau ngeliat ke arah matahari. Begitu diliat Hie terkejut, bussyettt....


Seumur-umur neh, Hie belum pernah melihat kejadian alam yang kek begini. Buru-buru Hie telepon ke Vie. Agar Vie juga melihat kejadian ini. Kejadian yang begini cuma pernah Hie liat di buku pelajaran SAINS SD, yang diberi nama halo.
Kita sebagai manusia gak tau ada apa dengan peristiwa di langit siang hari ini. Apa mungkin ini pertanda dari NYA? Kita tak pernah tau... Namun yang pasti, kita harus semakin taat dan bersyukur atas apapun yang telah diberikan oleh NYA kepada kita sebagai mahluk ciptaanNYA. Semoga saja peristiwa ini bukan pertanda yang tidak baik ya. Mari kita sama-sama berdoa...

Thursday, September 18, 2008

Cerita (Legenda Danau Lau Kawar)

Kalau temen's liat blog Hie dan Vie ini pasti tampak sebuah foto dimana Hie dan Vie foto berdua dan dibelakangnya ada latar sebuah danau. Nama Danau itu adalah Danau Lau Kawar. Hie dan Vie pergi ke Danau itu pada tgl 10 Februari 2008 yang lalu. Mungkin banyak diantara kita yang gak tau cerita di balik Danau Lau Kawar yang indah ini. Beberapa hari yang lalu Hie menyempatkan diri mencari Legenda (cerita rakyat) dibalik Danau Lau Kawar.
Met baca ya...

Legenda Danau Lau Kawar

Legenda Lau Kawar merupakan sebuah legenda yang berkembang di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki wilayah seluas 2.127,25 km2 ini terletak di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan, Sumatera Utara. Oleh karena daerahnya terletak di dataran tinggi, sehingga kabupetan ini dijuluki Tanah Karo Simalem. Kabupaten ini memiliki iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17C dan tanah yang subur.

Maka tidak heran, jika daerah ini sangat kaya dengan keindahan alamnya. Salah satunya adalah keindahan Danau Lau Kawar, yang terletak di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Air yang bening dan tenang, serta bunga-bunga anggrek yang indah, yang mengelilingi danau ini menjadi pesona alam yang mengagumkan.

Menurut masyarakat setempat, sebelum terbentuk menjadi sebuah danau yang indah, Danau Lau Kawar adalah sebuah desa yang bernama ‘Kawar’. Dahulu, daerah tersebut merupakan kawasan pertanian yang sangat subur. Mata pencaharian utama penduduknya adalah bercocok tanam. Hasil pertanian mereka selalu melimpah ruah, meskipun tidak pernah memakai pupuk dan obat-obatan seperti sekarang ini. Suatu waktu, terjadi malapetaka besar, sehingga desa Kawar yang pada awalnya merupakan sebuah desa yang subur menjelma menjadi sebuah danau. Apa sebenarnya yang terjadi dengan desa Kawar itu? Ingin tahu jawabannya? Baca terus cerita ini...

Pada zaman dahulu kala tersebutlah dalam sebuah kisah, ada sebuah desa yang sangat subur di daerah Kabupaten Karo. Desa Kawar namanya. Penduduk desa ini umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Hasil panen mereka selalu melimpah ruah. Suatu waktu, hasil panen mereka meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Lumbung-lumbung mereka penuh dengan padi. Bahkan banyak dari mereka yang lumbungnya tidak muat dengan hasil panen. Untuk mensyukuri nikmat Tuhan tersebut, mereka pun bergotong-royong untuk mengadakan selamatan dengan menyelenggarakan upacara adat.

Pada hari pelaksanaan upacara adat tersebut, Desa Kawar tampak ramai dan semarak. Para penduduk mengenakan pakaian yang berwarna-warni serta perhiasan yang indah. Kaum perempuan pada sibuk memasak berbagai macam masakan untuk dimakan bersama dalam upacara tersebut. Pelaksanaan upacara juga dimeriahkan dengan pagelaran ‘Gendang Guro-Guro Aron’, musik khas masyarakat Karo. Pada pesta yang hanya dilaksanakan setahun sekali itu, seluruh penduduk hadir dalam pesta tersebut, kecuali seorang nenek tua renta yang sedang menderita sakit lumpuh. Tidak ketinggalan pula anak, menantu maupun cucunya turut hadir dalam acara itu.

Tinggallah nenek tua itu seorang sendiri terbaring di atas pembaringannya. “Ya, Tuhan! Aku ingin sekali menghadiri pesta itu. Tapi, apa dayaku ini. Jangankan berjalan, berdiri pun aku sudah tak sanggup,” ratap si nenek tua dalam hati.

Dalam keadaan demikian, ia hanya bisa membayangkan betapa meriahnya suasana pesta itu. Jika terdengar sayup-sayup suara Gendang Guro-guro Aron didendangkan, teringatlah ketika ia masih remaja. Pada pesta Gendang Guro-Guro Aron itu, remaja laki-laki dan perempuan menari berpasang-pasangan. Alangkah bahagianya saat-saat seperti itu. Namun, semua itu hanya tinggal kenangan di masa muda si nenek. Kini, tinggal siksaan dan penderitaan yang dialami di usia senjanya. Ia menderita seorang diri dalam kesepian. Tak seorang pun yang ingin mengajaknya bicara. Hanya deraian air mata yang menemaninya untuk menghilangkan bebannya. Ia seakan-akan merasa seperti sampah yang tak berguna, semua orang tidak ada yang peduli padanya, termasuk anak, menantu serta cucu-cucunya.

Ketika tiba saatnya makan siang, semua penduduk yang hadir dalam pesta tersebut berkumpul untuk menyantap makanan yang telah disiapkan. Di sana tersedia daging panggang lembu, kambing, babi, dan ayam yang masih hangat. Suasana yang sejuk membuat mereka bertambah lahap dalam menikmati berbagai hidangan tersebut. Di tengah-tengah lahapnya mereka makan sekali-kali terdengar tawa, karena di antara mereka ada saja yang membuat lelucon. Rasa gembira yang berlebihan membuat mereka lupa diri, termasuk anak dan menantu si nenek itu. Mereka benar-benar lupa ibu mereka yang sedang terbaring lemas sendirian di rumah.
Sementara itu, si nenek sudah merasa sangat lapar, karena sejak pagi belum ada sedikit pun makanan yang mengisi perutnya. Kini, ia sangat mengharapkan anak atau menantunya ingat dan segera mengantarkan makanan. Namun, setelah ditunggu-tunggu, tak seorang pun yang datang.

“Aduuuh…! Perutku rasanya melilit-lilit. Tapi, kenapa sampai saat ini anak-anakku tidak mengantarkan makanan untukku?” keluh si nenek yang badannya sudah gemetar menahan lapar. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, ia mencoba mencari makanan di dapur, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa. Rupanya, sang anak sengaja tidak memasak pada hari itu, karena di tempat upacara tersedia banyak makanan.

Akhirnya, si nenek tua terpaksa beringsut-ingsut kembali ke pembaringannya. Ia sangat kecewa, tak terasa air matanya keluar dari kedua kelopak matanya. Ibu tua itu menangisi nasibnya yang malang.

“Ya, Tuhan! Anak-cucuku benar-benar tega membiarkan aku menderita begini. Di sana mereka makan enak-enak sampai kenyang, sedang aku dibiarkan kelaparan. Sungguh kejam mereka!” kata nenek tua itu dalam hati dengan perasaan kecewa. Beberapa saat kemudian, pesta makan-makan dalam upacara itu telah usai. Rupanya sang anak baru teringat pada ibunya di rumah. Ia kemudian segera menghampiri istrinya.

“Istriku! Apakah kamu sudah mengantar makanan untuk ibu?” tanya sang suami kepada istrinya.

“Belum...” jawab istrinya.

“Kalau begitu, tolong bungkuskan makanan, lalu suruh anak kita menghantarkannya pulang!” perintah sang suami.

“Baiklah, suamiku!" jawab sang istri.

Wanita itu pun segera membungkus makanan lalu menyuruh anaknya, “Anakku! Antarkan makanan ini kepada nenek di rumah!” perintah sang ibu.

“Baik, Bu!” jawab anaknya yang langsung berlari sambil membawa makanan itu pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, anak itu segera menyerahkan makanan itu kepada neneknya, lalu berlari kembali ke tempat upacara. Alangkah senangnya hati sang nenek. Pada saat-saat lapar seperti itu, tiba-tiba ada yang membawakan makanan. Dengan perasaan gembira, sang nenek pun segera membuka bungkusan itu. Namun betapa kecewanya ia, ternyata isi bungkusan itu hanyalah sisa-sisa makanan! Beberapa potong tulang sapi dan kambing yang hampir habis dagingnya.

“Ya, Tuhan! Apakah mereka sudah menganggapku seperti binatang. Kenapa mereka memberiku sisa-sisa makanan dan tulang-tulang,” gumam si nenek tua dengan perasaan kesal.

Sebetulnya bungkusan itu berisi daging panggang yang masih utuh. Namun, di tengah perjalanan si cucu telah memakan sebagian isi bungkusan itu, sehingga yang tersisa hanyalah tulang-tulang. Si nenek tua yang tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya, mengira anak dan menantunya telah tega melakukan hal itu. Maka, dengan perlakuan itu, ia merasa sangat sedih dan terhina. Air matanya pun tak terbendung lagi. Ia kemudian berdoa kepada Tuhan agar mengutuk anak dan menantunya itu.

“Ya, Tuhan!” Mereka telah berbuat durhaka kepadaku. Berilah mereka pelajaran!” perempuan tua itu memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa.

Baru saja kalimat itu lepas dari mulut si nenek tua, tiba-tiba terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat. Langit pun menjadi mendung, guntur menggelegar bagai memecah langit, dan tak lama kemudian hujan turun dengan lebatnya.Seluruh penduduk yang semula bersuka-ria, tiba-tiba menjadi panik. Suara jerit tangis meminta tolong pun terdengar dari mana-mana. Namun, mereka sudah tidak bisa menghindar dari keganasan alam yang sungguh mengerikan itu.
Dalam sekejap, desa Kawar yang subur dan makmur tiba-tiba tenggelam. Tak seorang pun penduduknya yang selamat dalam peristiwa itu. Beberapa hari kemudian, desa itu berubah menjadi sebuah kawah besar yang digenangi air. Oleh masyarakat setempat, kawah itu diberi nama ‘Lau Kawar’.

Demikianlah cerita tentang Asal Mula Lau Kawar dari daerah Tanah Karo, Sumatera Utara. Cerita di atas termasuk cerita rakyat teladan yang mengandung pesan-pesan moral. Sedikitnya ada tiga pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas, yaitu pandai mensyukuri nikmat, menjauhi sifat durhaka kepada orang tua, dan menyia-nyiakan amanat.

THE END

Bagi teman's yang belum pernah berkunjung ke Danau ini, mungkin boleh mencobanya. Kami jamin 100% kalian akan menemukan sebuah pengalaman dan pemandangan yang luarr biasa...

Tuesday, September 16, 2008

Cap Go Me

Hari Minggu yang lalu (14 September '08) Hie dan Vie bangun pagi-pagi. Bukan karena mau joging ato mau olah raga. Pagi ini Hie dan Vie bagi tugas. Hie buru-buru mandi terus pakaian dan dapat tugas pergi ke Vihara untuk sembahyang alm.Papa Hie lalu pergi beli sarapan, sedangkan Vie dapat tugas sembahyang di rumah. Karena rumah kita ada Altar. Jadi Vie harus melakukan prosesi persembahkan buah baru sembahyang.
Hie berangkat dari rumah 07.45. Dengan perasaan kalo ini uda pagi banget... 'Ntah pintu Vihara nya udah buka belum ya... Lain di otak lain di mata! Begitu nyampek di Vihara, orang yang sedang bersembahyang udah seabrek! RAMEE... sekaleee... Hie terpaksa 'nyempil sana 'nyempil sini mencari tempat untuk sembahyang. (hehehe...)
BUSYETT... tempat dupanya aja udah kehabisan lahan untuk menaruh dupa.
(lihat foto)
Alm.Papa Hie ada di sebelah kanan. Setelah selesai sembahyang Papa, Hie lanjut lagi ke yang sebelah kirinya. Karena disana ada Alm. Paman dan Bibi. Dalam doanya Hie terbesit sebuah kabar gembira buat mereka yang ada di sisi NYA, kalau sebentar lagi Hie udah mau jadi BAPAK-BAPAK dan Vie udah mau jadi MAMAK-MAMAK. (hihihi...) Semoga semuanya bisa berjalan dengan lancar ya. amien...
Habis sembahyang, Hie langsung pergi beli sarapan. Menu favorit kita kalo hari Minggu ini begini adalah mie pangsit. (nyammiii...) Setibanya di rumah, Vie juga uda selesai sembahyang. Lalu, sarapan bersama. Setelah itu... beres-beres barang yang akan dibawa ke Fo Thang. Ya, tiap Minggu Hie dan Vie harus bawa Kelas Muda-i. Hari Minggu ini akan jadi hari yang padat buat kita berdua.
09.30 Kelas Muda-i udah dimulai. Hie sebenarnya udah harus lepas tangan dari panggung Muda-i. Namun berhubung masih belum ada penggantinya, maka Hie masih melatih beberapa Muda-i agar nantinya bisa menggantikan posisi dan tanggungjawab yang Hie emban. Kelas Muda-i berakhir sekitar pukul 11.45. Lalu semua makan siang bersama. Setelah kenyang, belum langsung pulang loh!
Hie mengajak beberapa Muda-i untuk meeting bersama. Topik meetingnya adalah membahas liburan bersama untuk semua Muda-i. Awalnya Hie uda bilang ke Muda-i kalau mereka yang harus meeting dan Hie cuma melihat dan mendampingi aja. TERNYATA.... sebagian Muda-i dengan muka culun dan bego serta tak berdosanya menatap Hie untuk memimpin meeting. huuuu... (buang nafas panjang) BLA...BLA...BLA... setelah meeting selama hampir 1 jam dan berakhir pada pukul 14.00 semua Muda-i sudah ada sebuah gambaran untuk liburan nantinya. Tinggal sekarang bagaimana mereka menyampaikannya kepada Pandita dan Ketua Muda-i, dan menantikan jawaban YA/TIDAK.
Hie liat jam, udah jam mau jam 15.00. Beberapa Muda-i bantuin Hie dan Vie membawa pulang semua belanjaan Vie ke rumah. Setelah menurunkan barang di rumah, ganti sandal, BRUMM... langsung berangkat ke Jl.Muara Takus (dekat SUN Plaza). Karena disana ada seorang umat yang sedang memasang Altar. Di sana Hie ada mengajak beberapa Muda-i untuk berdiri di pinggir jalan menuju ke SUN Plaza untuk melintasi umat. Berdiri di bawah terik matahari selama hampir 1 jam, gak ada hasil. Tapi gak apa, anggap aja ini pelajaran untuk menambah semangat dan pengalaman. Namun ada 1 peristiwa yang lucu ketika Hie dan salah satu Muda-i yang bernama Pretty saat akan melintasi 2 orang remaja wanita yang turun dari beca. Kedua remaja itu buru-buru memeluk tas yang dibawanya sambil pasang muka takut saat liat kita berdua yang berjalan mendekatinya. Hie dan Pretty saling memandang, senyum manis. Tapi kedua remaja itu buru-buru kabur. Hie dan Pretty ketawa, mereka kira kita rampok ya...? Emang muka kita serem amat ya...? hahaha... (tertawa bersama).
Menjelang malam, Hie dan Vie pulang. Setibanya di rumah, tanpa banyak komentar lagi Hie langsung ganti baju tidur. Baru kulit ini menyentuh kasur, langsung NGROKKK... GROKKK!!! zzzz...zz....z..... (terlelap dengan pulas). Vie juga tidur, karena emang uda capek banget.
20.35 Hie dibangunkan oleh Vie. Dengan malas Hie bangun dan berjalan keluar kamar. Baru aja kulit pantat ini menyentuh sofa, KRINGGG!!! bunyi Hape di sebelah kanan. Haloo... rupanya si An Sun. Dia ngajak Hie ke Rumah Sosial untuk melayat Papanya Cin-Cin (Muda-i juga). Dengan langkah mirip orang mabok, Hie masuk kamar mandi dan mulai mandi. Kali ini mandinya tidak ada siulan atau nyanyian yang merdu. Karena sambil mandi, sambil tidur... (hehehe...)
Hie, An sun dan Ko Yong Lien, melayat sampai jam 22.15. Tiba di rumah udah mau jam sebelas. Badan dan mata kayaknya gak bisa diajak kompromi lagi. Namun masih harus ke depan untuk jemput Maminya Vie. Malam ini Maminya Vie nginap di sini. Akhirnya setelah jam 24.00 (tepat) Hie dan Vie bisa memeluk bantal dan tidur dengan pulas. zzzz....zzzz... (tidur dengan lelap)
Hie dan Vie mau ngucap'in : 'Met CAP GO ME ya...

Thursday, September 11, 2008

Capek ... & Impian ...

Capek ...

Hmmm... beberapa hari ini kita pada sibuk. Hie yang sibuk murid"nya pada ujian, belum lagi mau ketik soal" untuk diisi oleh muridnya. Trus masih harus kerumah depan (rumah mertua) untuk beres" barang" Vie hehe... Berhubung Emaknya Vie dah mau pindah dan tempo yang diberikan hanya sampe sabtu ini tepatnya tgl 13 September 2008.

Jadi sebelum hari itu datang, kita harus sudah sapu bersih barang" yang ada dilantai 2 & 3. Hmm... Maklumlah rumah yang besarnya sebesar istana itu banyak barang" yang perlu di pack sampe harus melewati batas waktu tidur kita hehe...

Sudah hampir 3 malam kita tidurnya telat terus belum lagi Hie minta di nina bobokkan hehe...
Makanya badan pun ngak fit apalagi Hie yang sedikit kena debu aja udah pada bersin. Dan pemirsa tau ngak sekali Hie bersin kek kereta api tut... tut... continue dan continue.... ^_^

Kadang ampe Vie kasihan lihat Hie, dalam hati pingin banget bisa gantiin Hie bersin tapi mengingat perut Vie yang dah besar kek bola basket maka niat Vie untuk gantiin batal deh takutnya ntar dedek yang dalam perut Vie mabok darat, laut dan udara pula hehe...

Impian ...

Ngomong" tentang impian, Hie pernah bilang ama Vie ntar kalo kita punya uang mau diapain ya?Mau KPR rumah, renovasi rumah atau mau beli mobil ya??? Kata Hie, semua pingin. Kalo KPR rumah, biar ntar bisa buka les private lagi. Kalo renovasi rumah, hmm... berhubung rumah kita tuh tangganya belum ada pegangan trus Hie pingin buat kantor kecil tepatnya diatas toilet ehh... tapi bukan maksudnya untuk ngintip lho hehe... Maksudnya diatas toilet di cor trus dibuat sekatan gitu biar bisa dapat satu kamar kecil ala jepang. Trus Hie juga pingin menambah kelas di lt. 1 & 2. Kalo beli mobil, kan bentar lagi Hie Junior dah mau keluar dan kita juga belum punya mobil. Jadinya kalo mau keluar atau pas hujan kan rada" susah sih. ( Sebetulnya menurut Vie ya, dengan begitu lebih bagus lagi kalo hujan naik motor bisa peluknya lebih erat karena kedinginan hehe... )

Hmm... begitulah impian Hie, yang akhirnya dijawab oleh Vie. Ntar kalo dah punya uang baru bilang pun ngak telat huahaha.... ;-p By the way, ngak pa pa lah memang jika punya impian kalo ingin tercapai harus dipikirin terus biar BENAR-BENAR TERCAPAI .... ^_^

Wednesday, September 10, 2008

Lowbat

Semalam, Vie gak masuk kerja. Katanya kurang enak badan. Emang sih, beberapa hari ini Vie udah terlalu memaksa tubuhnya untuk beraktifitas. Dalam hati Hie salut juga lihat Vie. Dengan kondisi sedang hamil memasuki bulan ke-8, Vie masih aktif seperti biasa. Bahkan kalau boleh jujur, malah lebih aktif dari sebelum kehamilannya.

Setiap pagi setelah selesai beresin tempat tidur bareng Hie dan mati'in alarm Hape yang udah teriak-teriak berulang kali, Vie langsung menuju ke dapur untuk masak sarapan pagi. Sementara Hie lagi mandi sambil nyanyi lagu "Balonku Ada Lima" kedengaran suara blender yang lagi dipergunakan Vie untuk membuat jus. Juga kedengaran suara kuali yang bergesekan dengan sutil. Acara masak-memasak udah dimulai.

Saat Hie lagi di lantai 4 untuk sembahyang, kadang (sering) gak konsen karena nyium masakan yang harum dari lantai 3. ^_^ hihihi... maklum aja, udah keroncongan.

Tapi, semalam Vie agak telat bangun dan masak. Ibaratnya Hape, semalam itu Vie uda "lowbat" jadi butuh istirahat. Selesai sarapan, bukannya langsung istirahat! Vie malah beres-beres kamar dulu baru istirahat. Dengan terpaksa Hie harus jadi Pak Satpam yang pasang muka sangar kayak anjing "Pluto" agar Vie mau istirahat.

Siangnya...
Mendadak Hie juga flu dan batuk. Mungkin karena pengaruh "virus" dari murid-murid. Maklum aja, sejak Senin semua murid SUTOMO lagi Ujian Harian jadi murid di kelas Hie lumayan rame. Udah itu ada beberapa murid yang lagi "melereran" alias flu. Udah deh... virusnya dibagi-bagi. Hie sambil ngajar juga udah gak konsen lagi. Badan rasanya pegel-pegel dan pilek terus. Sebentar-sebentar keluar dari kelas untuk buang "cendol". Karena udah gak tahan, naek ke atas minta tolong ke Vie buatkan teh manis hangat + jeruk nipis. Tapi sebelumnya Hie juga udah nelan Panadol ijo.

Teh udah abis di telen, obat juga udah di perut, tapi masih flu juga. Mala sekarang sambil ngapal'in murid sambil menahan kantuk yang berat. GAWAT! huruf di catatan murid kok berbayang-bayang ya? Rasanya mau tidur aja... Tapi semua mata murid melotot liat'in Hie. Terpaksa sebentar-sebentar Hie keluar dari kelas untuk cuci muka.

Fuiiihhhh... hari yang melelahkan.
Semoga besok pagi Hie dan Vie udah gak lowbat lagi ya... ^_^

Monday, September 8, 2008

Kado Vie

Malam hari saat Hie dan Vie udah ada di dalam kamar, Vie tiba-tiba mengucapkan "selamat ulang tahun" ke Hie. Hie seneng banget, ternyata Vie masih ingat. Hie emang gak mau merayakannya dan bahkan cenderung ingin melupakannya. Karena, belakangan ini jadwal kegiatan Hie dan Vie super-zuper-padat. Kadang bahkan tak ada waktu untuk beristirahat.

"Cari dong kado dari aku..." kata Vie.

"Cari dimana?" tanya Hie.

"Pokoknya di dalam kamar ini deh..." kata Vie sambil senyum-senyum penuh rahasia.

Setelah melalui perjuangan selama beberapa menit, akhirnya Hie menemukan sebuah kotak di balik susunan baju Vie di lemari pakaian. Waktu Hie angkat, rupanya sebuah helm. Seneng banget dapet helm baru dari Vie.
Karena emang helm Hie yang sekarang ini udah butut banget!
ini fotonya... ^_^ hihihi...




Helm pemberian Vie ini warnanya putih, busa di dalamnya berwarna merah dan hitam. Yang keren adalah kaca depannya ada tambahan kaca hitam yang bisa naik dan turun. Jadi kalau siang saat jadi ojek antar nasi buat Vie, bisa dipakai untuk menghalangi sinar UV, gitu deh kata Vie. (^_^ hihiii... hebat!)
Lebih hebatnya lagi, busa helm semuanya bisa dibuka untuk dicuci. Jadi bebas apek! Mungkin Vie uda trauma nyium bau helm Hie yang kayak domba yang gak mandi setaon. (^_^ hihihi... jadi malu...)
Thx ya Chayang...
Muachhh...
CUP! CUP!
I Love U So Much...

6 September 2008

Tanggal itu akan menjadi sebuah tanggal yang bersejarah bagi kami berdua. Bukan hanya karena hari itu adalah hari ultahnya Hie loh... Melainkan sebuah sejarah dalam perjalanan hidup kami berdua berhasil membawa sebagian Muda-i Vihara HE TEK untuk menyukseskan Acara Malam Amal Perayaan Bulan Purnama. Yang diadakan di Restoran Avia Samudra.

Ini adalah untuk pertama kalinya kami berdua bersama dengan beberapa Muda-i Vihara diberi kepercayaan oleh Pandita Chiu untuk bertanggung jawab dalam hal acara. Mereka itu adalah Cece, Yenni, An Sun, Ko Yong Lien, plus semua senior. Kami sangat bersyukur karena semua Muda-i bisa bekerja sama dengan baik dari awal sebelum acara dilaksanakan hingga hari-H.
Rasa capek dan stress yang telah ditahan selama berbulan-bulan, kini terbayar sudah...



Saat acara telah selesai dan melihat semua senyum dari wajah Muda-i, membuat kami berdua merasa bahagia. Dalam hati kami berdua terucap sebuah doa untuk semua Muda-i :
Semoga setelah acara ini, langkah pembinaan Muda-i semakin lebar

Semoga setelah acara ini, tidak ada rasa puas yang terlalu besar

Semoga setelah acara ini, tidak ada kata capek yang terucap di bibir

Semoga setelah acara ini, membuat kita semakin merendahkan hati...
Semoga... dikemudian hari, semua Muda-i Vihara HE TEK yang tercinta bisa memberikan dan menunjukkan kemampuan yang lebih baik lagi.
Acara yang dihadiri lebih dari 1.000 pasang mata itu sangat pantas dinilai dengan kata SUKSES. Namun sebagai seorang Pembina yang dituntut untuk selalu merendahkan hati, akan lebih bijaksana bila Acara itu dinilai sebagai acara yang SUKSES namun belum SEMPURNA!


Di hari yang "special" ini, Hie juga berkesempatan bertemu dan bahkan memeluk seseorang yang sudah cukup lama tidak berjumpa dengan Hie di Vihara. Beliau ini adalah senior di Vihara Medan dulunya. Karena sudah pindah ke Jakarta, maka Beliau tidak bisa aktif lagi Vihara Medan. Rasa kangen yang begitu dalam, terbayar sudah dengan sebuah pelukan yang hangat dari Beliau. Ada rasa bangga di hati Hie saat itu, karena Beliau masih mau menyempatkan diri untuk pulang ke Medan dan hadir di Acara Malam Amal ini.

"Lau Mu... terima kasih atas hari dan malam yang indah ini", ucap Hie dalam hati.

Tarian Perut...

Waktu baca judul di atas jangan langsung kebayang Hie ato Vie yang lagi goyang pinggul dan perut kayak penari Dubai ato Turki ya. (^_^ hehehe... )
Belakangan ini, tepatnya sejak kandungan Vie memasuki usia 6 bulan. Hampir setiap malamnya sebelum kita berdua tidur, selalu menyempatkan diri untuk melihat perut Vie. Mata kita berdua fokus di udel nya Vie. Keadaan hening, sayup-sayup terdengar langkah kaki, suara pintu yang menjerit-jerit... NENEK LAMPIR!!!! (GOBLOK! hihihi... bukan begitu!)
Begini... setelah kita berdua konsen pada udelnya Vie, maka gak lama perut Vie akan goyang-goyang sendiri gitu. Kadang ada tampak tonjolan kecil di perut kanan, gak lama lari ke kiri. Kata Vie, si "Junior" lagi ballet. Hie yang bloon cuma senyum-senyum bangga aja sambil terus memelototi perutnya Vie.
"Lucu..."
"Hehehehe..."
"Hihihihi..." sebentar-sebentar Hie ketawa sendiri.
"CUP!" Hie mencium perutnya Vie.
"Dek, udahan main trombolinnya, besok sambung lagi ya. Sekarang kita bertiga tidur ya. Udah malem dek. Wan an..." sambung Hie lagi.
"Zzzz... GROKKK!!!!"
"TUING! TUING!" sayup-sayup terdengar suara dari dalam perutnya Vie.